Sunday, November 18, 2007

About this blog

Kandar's Blog is a personal blog of a Catholic ex-priest who wants to keep running his role in the vitality of The Kingdom of God though in his weaknesses and limitations. He tries to keep living FAITH-HOPE-and LOVE in his life as a journey of a sacred pilgrimage. Indonesian language, but eventually in English.


Deo gratias! Syukur kepada Allah, Anda telah mengunjungi blog ini di sela-sela aktivitas on-line maupun off-line Anda. Sesuatu telah membawa Anda ke blog pribadi ini, entah secara sengaja karena undangan dari saya, maupun secara kebetulan karena proses terntentu di dunia maya. Apa pun itu, saya mengucapkan banyak terima kasih atas kunjungan Anda!

Menurut sebuah sumber pemantau blog di internet, setiap harinya ada sekitar 75.000 blog baru muncul di belantara maya ini. Maka bisa dibayangkan betapa beruntungnya saya karena kunjungan Anda ini. Di antara jumlah yang tak terhitung banyaknya itu, dan banyak dari mereka merupakan situs-situs menarik, handal dan profesional dengan rating tinggi, apalah keistimewaan dari blog pribadi ini?

Setiap blog pribadi sebetulnya unik, sebagaimana setiap individu itu unik. Namun, untuk menampilkan diri secara jujur menyangkut sisi kehidupan yang sangat privat tentulah merupakan "keberanian" luar biasa. Apalagi hal itu menyangkut keingintahuan setiap orang mengenai orang lain: kebaikan, kecantikan, kelembutan, keluhuran budi, teladan hidup, dan (biasanya yang lebih disukai) sisi-sisi gelap orang lain seperti kejelekan, cacat dan keburukan orang itu.

Blog artis, tokoh politik, figur publik, penjahat (kalau pernah tahu, hehehe...) pasti menarik untuk dikunjungi terutama oleh para penggemarnya. Tak ketinggalan pula blog milik teman karib atau "sahabat sejati". Kita (pengunjung) menjadi tahu lebih banyak tentang kegembiraan, duka kesedihan, keluh kesah dan harapan mereka.

Saya bukan artis, selebritis, tokoh politik atau tokoh terkenal. Jadi mengapa membuat publikasi diri dengan blog ini?

Bagi saya pertanyaan itu sangat serius. Saya sudah membuat banyak blog. Hampir semua berisi tentang apa yang saya pikirkan berupa opini atau ide. Boleh dikata blog-blog terdahulu itu adalah "obessive blogs" saya. Ada obsesi berkaitan dengan visi dan misi hidup saya. Dengan blog-blog itu saya bermaksud untuk meneruskan "perutusan" yang dulu pernah secara resmi saya terima. Saya pernah ditahbiskan sebagai imam gereja Katolik pada tahun 2000 lalu! Sejak 15 Agustus 2005 saya telah "menanggalkan jubah" imamat itu secara resmi dengan surat suspensi yang saya terima dari Mgr. Suharyo, Uskup Agung Semarang. Jadi di balik blog-blog itu ada semacam motivasi balas budi yang belum seberapa.

Saya merasa berhutang budi atas segala pengorbanan kasih yang saya terima hingga saya ditahbiskan menjadi imam dan lima tahun berkarya sebagai pelayan umat. Dengan blog-blog itu saya ingin tetap berkomitmen menjalankan fungsi pewarta Sabda Kasih Allah kepada semua makhluk.

Saya mengerti, banyak orang menyayangkan pengunduran diri saya itu (mungkin Anda pun juga). Beberapa mungkin menghujat karena kecewa. Tetapi saya percaya, masih ada Umat Allah yang bisa memahami, menerima dan masih mencintai saya secara tulus, terutama kedua orang tua dan keluarga besar saya. Beberapa dari mereka bahkan masih menyambut saya dengan hangat, dan tetap menjalin relasi dengan saya. Saya sangat mensyukurinya.

Saya yakin juga, banyak kenalan dan siapa pun yang ingin mengetahui keadaan hidup saya semenjak itu: bagaimana kabarnya, sekarang di mana, pekerjaannya apa, sudah berkeluarga atau belum (hehehe...), dll. Karena tak mungkin saya bercerita kepada setiap orang satu per satu, akhirnya saya memutuskan untuk membuat blog yang satu ini. Kadang ada perasaan rindu untuk bercengkerama langsung dengan mereka yang saya kenal maupun mengenal saya. Namun karena keterbatasan saya hal itu tidak segera bisa kesampaian. Blog ini, seperti sebuah diary, menjadi pengobat rindu itu. Siapa tahu, dunia maya ini masih memberikan kesempatan tak terduga itu.

Meterai imamat itu masih melekat dalam diri saya, sampai mati. Anugerah agung itu masih tetap saya syukuri sampai sekarang dan selalu, meski saya pelihara dalam kerapuhan bejana tanah liat. Blog ini adalah sebagian dari cara saya untuk mensyukuri dan memelihara anugerah itu supaya tetap terpancar dalam kehidupan pribadi sehari-hari. Tidak mudah memang. Tetapi saya percaya akan pertolongan Allah Mahakasih bagi umat-Nya.

***

Pada kesempatan awal ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam hidup saya:


  • Bapak, Mamak dan adik-adik saya, serta seluruh keluarga besar (Kakek-Nenek, Pakdhe- Budhe, Paklik-Bulik): Aku sangat mencintai kalian. Doa dan kasih seluas samudera yang kalian alirkan kepadaku adalah kekuatan hidup tiada tara. Kasih Allah sungguh nyata aku alami dari kalian. Aku masih memiliki "rumah" yang selalu menyambutku dengan hangat. Deo gratias!
  • Para pendidikku, guru TK, SD, SMP dan SMA Seminari Mertoyudan Magelang, serta para dosen di Fakultas Filsafat-Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Jogja: dari dan bersama Bapak-Ibu, Romo, Frater, Bruder dan suster, saya telah dibantu untuk mengenali dan memahami dunia ini secara lebih utuh. Tentu saja tak akan saya lupakan para formator, rekan-rekan seangkatan dan seasrama, baik di Seminari Menengah, Tahun Rohani, maupun di Seminari Tinggi St. Paulus: para Romo, Frater, Bruder dan Suster sekalian telah menjadi orangtua dan sahabat-sahabat saya yang kedua. Dari dan bersama Anda semua saya belajar mengenali dan menjalani panggilan hidup imami secara jujur dan penuh syukur. Deo gratias!
  • Rekan-rekan imam Keuskupan Agung Semarang dan seluruh kolegialitas para imam, serta komunitas biara dan tarekat yang saya kenal: dari dan bersama para Romo, bruder dan suster saya mengalami persaudaraan rohani yang hangat. Kadang saya rindu berada di tengah-tengah kalian seperti dulu. Namun kini saya meniti jalan unik ini. Doakan saya supaya status "dimissus" yang saya sandang tetap memberi berkah karunia untuk tetap berperan dalam vitalitas Kerajaan Allah. Syukur (Ekaristi) tetaplah bergema di dalam maupun di luar meja rumah ibadat kita. Untuk kalian pula saya berdoa. Deo gratias!
  • Para pembimbing rohani pribadi saya (Rm. Suto, Pr., Rm. Riawinarta, Pr., Alm. Rm. Kiswara, SJ., Rm. Maryana, SJ., Rm. Pujasumarta, Pr., Rm. Djonowasono, Pr., Rm. Wernet, SJ., Rm. Darmawijaya, Pr., Rm. Hartosubono, Pr., dan Mgr. Kartasiswaya, Pr.): dari dan bersama para Romo saya telah menerima pertolongan tak ternilai untuk menjadi orang beriman yang lebih dewasa. Dari dan bersama para Romo pula saya memperoleh "keberanian" mengatasi setiap keraguan dan ketakutan untuk melangkahkan kaki menjalani peziarahan hidup ini. Bersama para Romo wajah kasih Allah menerangi jalan saya ke arah-Nya, jalan yang selalu tampak indah untuk selalu disyukuri, dirayakan dan diwartakan. Deo gratias!
  • Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. Suharyo: Masih melekat kuat dalam ingatan detik-detik membahagiakan ketika saya menerima pengurapan dan penumpangan tangan dari Bapak Uskup. Masih melekat pula ingatan akan janji imamat yang saya ucapkan pada saat pentahbisan itu. Begitu juga masih hangat pula ingatan akan pelukan kasih Bapak Uskup tanpa mampu menyembunyikan wajah kesedihan ketika saya berpamitan setelah menerima surat tanggapan pengunduran diri. Tanggal 15 Agustus adalah tanggal bersejarah dan penuh berkah pula. Bapak Uskup, saya mohon maaf karena telah "nakal" dengan kesombongan saya dan ingkar pada janji tahbisan saya. Pelukan itu mengenangkan keteduhan figur Bapa yang baik hati dalam kisah tentang "The prodigal son". Saya tak ingin menyia-nyiakan ketulusan kasih Bapak Uskup di hari itu. Mohon berkat untuk perjalanan saya selanjutnya, Bapak Uskup. Deo gratias!
  • Akhirnya, kepada seluruh umat Allah yang kudus, secara khusus umat KAS: dari kalian saya berasal, dan kini kembali. Maafkan saya karena telah melukai hati Anda semua dengan pengunduran diri saya. Kesempatan pernah memimpin perayaan-perayaan sakramen dan ibadat bersama kalian adalah sejarah berkah yang selalu saya syukuri. Semua pelayanan sakramen yang melalui saya waktu itu sungguh-sungguh sah dan jangan ragu untuk melanjutkannya. Pengunduran diri saya tidak mempengaruhi sedikit pun akan karunia sejati yang semata-mata dari Allah sendiri. Atas semua kebaikan, perhatian dan kasih yang pernah saya terima saya mengucapkan terima kasih tak terhingga. Barangkali saat ini saya bukan apa-apa lagi. Tetapi di dalam lubuk hati saya tetap hidup semangat yang dulu saya hayati, meskipun sekarang ini menjadi lebih terbatas. Beginilah saya sekarang ini. Saya berdoa semoga Anda semua tetap teguh beriman kepada Kristus junjungan kita. "Berkah Dalem" itu masih menyatukan kita. Deo gratias!
***

Sekali lagi, terimakasih atas kunjungan Anda ke blog ini dan menyempatkan diri untuk membaca pengantar yang sangat panjang ini. Saya berjanji akan menyambut baik setiap kunjungan maupun sapaan Anda.

Berkat dan kasih Allah menyertai hidup Anda dan kita semua. Amin. ***


1 comment:

  1. Yang menanam dengan bercucuran air mata akan menuai dengan sorak sorai. Seperti halnya "Honda", "Yamaha", "Ninja", begitu pula "Imamat" adalah sebuah merek bila yang memandang adalah seorang pecinta marketing dan sales. dan banyak orang yang telah membeli merek itu, bahkan dengan harga yang tidak rasional. padahal, bukankah manfaatnya yang kita nikmati? apakah merek itu yang kita nikmati? bukan! kita menikmati manfaatnya. jadi,...apapun mereknya/labelnya yang penting adalah manfaatnya, service-nya.

    ReplyDelete

WidgetBucks - Trend Watch - WidgetBucks.com