Sunday, September 28, 2008

Diplonco jadi dirigen!

Pertama kali ngikut misa lingkunganNamanya juga warga yang baru dikenal lingkungan, jadi masih manutan! Hehehe...

Adalah Rm. Meus, CSsR., yang gak tahan lagi untuk memperkenalkan aku di lingkungan Darmojuwono, Curug, Kalimalang, pada saat misa lingkungan. Pasalnya, Beliau sudah mengenalku sejak mengenyam pendidikan di Mertoyudan dulu. Sekitar dua tahun lalu aku main ke pasturan dan ngobrol dengan segudang cerita dan kenangan. Waktu itu aku tanya, di Paroki St. Leo Agung ini aku termasuk di lingkungan mana. Kalau tidak salah, begitu beliau bilang, lingkungan Darmojuwono. Terus aku dikasih nomor telepon tokoh umat yang bisa aku hubungi. Sampai saat ini nomor itu tak pernah aku pencet, malah kayaknya sudah ilang deh. Dan baru Selasa, 09 September 2008 lalu Beliau pertama kali melihatku menghadiri misa lingkungan. "Saudara-saudara sekalian, rasanya saya harus memperkenalkan teman saya ini. Saya kenal sejak di seminari, dia ini pintar menyanyi, seorang dirigen koor yang baik...bla...bla...bla..." Beberapa tokoh umat pun langsung menyahut, "Boleh tuh! Koor lingkungan kita selama ini kurang semangat, dirigen seadanya... Mas, besok tugas koor jadi dirigen ya!"

"Sendika dhawuh..." warga baru gimana mau menolak?! Apalagi sudah diperkenalkan oleh Pastornya!

Jadilah, Jumat, 26 September kemarin aku nglatih koor di rumah Bp. Sianipar. Padahal waktu itu kondisiku sangat lemas, habis demam tinggi dan diare tiga hari! Keringat dingin keluar deras sekali, bukan karena grogi, tetapi karena menahan lemes.... Aku belum berani macam-macam. Koor satu suara, okelah...asal lagu-lagu dinyanyikan dengan benar dan dijiwai secara betul. Lagipula, kesempatan latihan koor sudah tidak memungkinan untuk berkreasi. Latihan hanya sekali, langsung tancap di Minggu sore, 28 September kemarin!

Entah apa komentar umat. Pertama-tama mungkin sedikit bertanya-tanya, kok ada wajah baru di kelompok koor itu; tangannya pating kethuwil dari sosok laki-laki pucat kurus berbaju batik lengan panjang. Aku tidak begitu peduli. Namun.... perploncoan bisa berjalan tanpa kesulitan berarti.

"Besok lagi, ya Pak Kandar! Kita cari lagu-lagu baru empat suara!" kata Pak Sianipar, sang ketua lingkungan penuh harap. [skd]

Sunday, September 21, 2008

Re-motivasi

Oxidation-Energy



Akhir-akhir ini kepalaku sering puyeng kalau memikirkan masa depan: 5 tahun ke depan akan jadi apa hidupku? Tempat kerja sedang dilanda masalah berat dan hampir tidak menjanjikan perubahan baik karena kebijakan-kebijakan yang tak masuk akal orang beriman; sementara itu aku merasa sebagai orang yang "minim" kompetensi menurut penilaian profesional. Ada keinginan untuk cabut dari tempat kerja sekarang, tetapi diri ini masih belum begitu pe-de untuk bertindak. Apa toh yang bisa aku jual dari diri ini? Lima tahun jalan sepertinya bukannya tambah pinter, tapi malah tambah bodho. Maklum... "penjara" idealisme masa lalu kadang masih begitu kuat. Banyak angan-angan dimentahkan oleh realita baru yang kadang mengejutkan. Dulu aku fasih berkata-kata, namun sekarang seolah kata-kata itu lenyap dari kepala... Padahal, bagiku kata-kata adalah kekuatan hidup. Layaknya Sang Sabda, Sang Kata-kata adalah sumber cahaya untuk melangkah.

Kamis, 18 September 2008 lalu aku tiba-tiba didaulat untuk memandu Pendalaman Kitab Suci di lingkungan. Tanpa persiapan, ngalor-ngidul. Sama sekali fatal buatku. Tetapi justru dari peristiwa itu aku menjadi tersadar, betapa Sang Sabda itu adalah sumber kekuatan hidup sebagai orang beriman, bukan saja sebagai orang yang sedang berjuang mencari nafkah. Kembali kepada Sang Sabda kiranya adalah ajakan untuk mengembalikan kekuatan hidup yang sedang loyo dan sempat ter-demotivasi oleh situasi ini!

"Ya Roh Kudus, bakarlah jiwaku dengan Sabda-Mu!" [skd]

A little movement

Few seconds before I wrote this post, I deleted a text-widget, which described about this blog and information about who I am. I did it not because I ashamed of the description, but I felt something negative that gave me no help to write stories of my daily life gratefully! It was melancholic sphere, which dominated my writings, had entrapped me so much due to the display of the description right on the first view of this page! It set me up into that negative impact. So, I moved it into the first post of this blog.

Maybe it does not make this blog more popular and eye-catching. No problem with that, and I don't care! I just care of the grateful-living spirit to be the mean soul of the writings I post on here. A little movement for the bigger change! I hope so...

Thursday, September 04, 2008

Jadi umat lingkungan

Semalam aku ikut pendalaman Kitab Suci di Lingkungan Darmojuwono, paroki St. Leo Agung Kalimalang. Itu pun karena ada undangan dari sekretaris lingkungan. Semula aku terheran, soalnya tak satupun umat Katolik yang kukenal di tempat aku ngontrak. Rupanya ibu pemilik rumah yang ditempati semalam memperoleh informasi tentang keberadaanku dari tetanggaku yang kebetulan mburuh setrika di keluarganya.

Syukurlah. Sekitar dua tahun lalu sebetulnya aku sudah "melaporkan diri" ke Romo paroki, Rm. Meus, CSsR, sekalian menanyakan aku ini masuk lingkungan mana. Namun karena tidak ada informasi berikutnya - dan saya juga masih gamang untuk dikenal umat lingkungan - usahaku terhenti di situ. Tapi, malam tadi menjadi obatnya. Aku kira Tuhan memberi jalan supaya keinginanku bergaul dengan umat itu dilanjutkan. Aku tak mungkin menolak.

Beda dengan ketika aku di tempat kakaku di Cimanggis yang umatnya sudah mengenalku semenjak masih jadi imam dulu dan aku sering terlibat dalam kegiatan di lingkungan, semalam aku merasakan sesuatu yang lain dan baru. Jelas, mereka belum mengetahui siapa saya ini dulunya, dan ini merupakan pertolongan buatku - sekurangnya untuk sementara. Tak ada rasa curiga dari mereka, so... pendalaman Kitab Suci semalem berjalan seperti biasa, hanya ditambah kedatangan sosok-sosok warga baru yang memperkenalkan diri: aku, Herman Malli, Paul, dan Tanto. Untungnya, teman-temanku itu tidak "keprucut" menyebutku "Romo" seperti yang biasa mereka lakukan setiap hari.

Aneh rasanya... "... as if I'were truly nothing!" Selama bapak pemandu menjalankan tugasnya, kepalaku penuh dengan ingatan layaknya seorang pastor yang sedang mendampingi umatnya. Namun mata hatiku mengajak pada sebuah pemandangan tentang bagaimana Roh Allah senyatanya berkarya dalam kebersahajaan. Apa pun yang sang bapak itu sampaikan seolah-olah merupakan hembusan angin yang menari-nari di depan mataku. Aku bisa menilai seberapa memahami beliau akan Kitab Suci, sejarah dan ajaran Gereja. Tetapi, stoooop....! Dia itu sedang menjalankan tugasnya, melayani karya Roh Allah. Aku tergoda untuk menyampaikan "pemahamanku" yang bisa bla...bla...bla... Tapi, stoooop...! Barangkali belum saatnya...

Tema Bulan Kitab Suci KAJ 2008 ini membahas kemurahan hati Allah. Pertemuan pertama mengambil inspirasi dari Matius 25:31-46 tentang penghakiman terakhir. Memang aku sempat menyampaikan sedikit sharing tentang bagaimana perikop itu berbicara padaku dalam hidup keseharian, bahkan memberi inspirasi bagaimana dasar iman kristianiku terletak, bahkan menjadi salah satu hal yang kini aku perjuangkan di cara hidup yang sekarang aku jalani ini. Namun... itu jauh berbeda dibanding saat menjalankan fungsi imami. Bedanya, sekarang ini aku berbicara sebagai seorang umat "biasa" yang sedang lebur dalam tarian angin sepoi-sepoi seperti sang bapak pemandu. Sementara yang "dulu", seolah-olah aku bisa membuat badai!

Aaaaah... tapi itu dulu.... Sekarang, aku ini seorang umat lingkungan, yang menari-nari karena angin sepoi-sepoi... [skd]

WidgetBucks - Trend Watch - WidgetBucks.com